Sabtu, 06 Desember 2008

lawan arus

melawan arus

foto di atas saya ambil tanggal 25 november 2008 yang lalu, di jalan garuda, kemayoran, jakarta. tampak para pengendara motor masuk ke jalur yang berlawanan arah, untuk menghindari kemacetan.

saya sendiri sehari-hari mengendarai motor untuk transportasi ke tempat kerja. fenomena lain yang saya perhatikan dan cukup menggelitik pemikiran saya adalah, beberapa pengendara motor selalu siap untuk menekan klakson. bagi anda yang sering mengarungi jalan raya kota jakarta, coba anda perhatikan sendiri para pengendara motor itu, anda akan menemukan beberapa yang jempol kirinya melayang di atas tombol klakson. seakan klakson jauh lebih penting ketimbang rem. fenomena yang mirip pernah dituliskan dalam artikel Land of the Honkers, namun lebih menyoroti para pengemudi mobil.

ini saja belum cukup, sering saya melihat para pengendara motor naik ke trotoar dan malah mengklakson pejalan kaki di atas trotoar. sekali lagi hal yang mirip pernah saya baca di artikel Mind the Zebra, namun ini dilakukan oleh para pengemudi mobil ke penyebrang jalan yang melintasi zebra cross.

tanpa berpikir panjang, kita bisa dengan mudah menyalahkan para pengendara motor dan pengemudi mobil yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas dan etika berlalu-lintas. namun gunnar myrdal menyatakan pemerintahan juga punya andil dalam tidak memberikan sanksi terhadap para pelanggar peraturan ini, sehingga muncul istilah soft states:

Pemerintahan di negara-negara itu dinilainya ”terlalu lembek” (ia menemukan istilah soft states), alias tidak mampu menerapkan disiplin sosial. Reformasi akan sulit diwujudkan karena korupsi dan inefisiensi merajalela. ”Tanpa ada disiplin sosial, sulit bagi negara-negara itu untuk bisa berkembang cepat,” katanya (Time, 15 Maret 1968).

seingat saya beberapa tahun yang lalu ada motto “kedisiplinan nasional”, entah apakah sudah masuk jaman reformasi atau masih jaman orba. namun yang namanya motto ya tetap motto, tidak pernah menjadi kenyataan.

Tidak ada komentar: